Bangka Barat - Pesta Adat Perang Ketupat dilaksanakan kembali tahun 2024 yang merupakan suatu tradisi unik di Tempilang Bangka Barat yang sudah turun temurun. Pesta adat ini dilaksanakan satu minggu sebelum ramadhan.
Hadir mewakili Kepala Kantor Wilayah yaitu Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, Fajar Sulaeman Taman yang didampingi oleh Kepala Subbidang Administrasi Hukum Umum (AHU) M. Bangbang serta staf dalam perayaan Festival Perang Ketupat tahun ini di Pantai Pasir Kuning Tempilang.
Perang Ketupat bukan perang menaburkan kebencian, tetapi perang penuh nilai kasih sayang. Dimana tujuan dari pesta adat ini adalah untuk bersilaturahmi dengan sanak keluarga yang jauh maupun dekat, untuk saling memaafkan.
Selain Pesta Adat Perang Ketupat dilaksanakan tradisi Sedekah Ruah. Berbagai Rangkaian acara Ruah Tempilang. Pesta ketupat harus terus diperkenalkan kepada masyarakat Khususnya Bangka Belitung, karena ini merupakan salah satu Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
"Dengan adanya acara setiap tahunnya, tentunya mendorong Intellectual Property (IP) & Tourism disini, khususnya di Bangka Barat," ujar Fajar.
Sebelum puncak dari Perang Ketupat, dilaksanakan berbagai pertunjukan adat yaitu, Tarian Sambut, Selawan Setuson yang merupakan makan bersama, Penimbongan yaitu memberikan makanan kepada makhluk halus yang dipercayai bertempat tinggal di darat, Tari Kedidi, Pencak Silat dan pada saat puncak Perang Ketupat para pesilat saling rebutan ketupat, untuk saling lempar satu sama lain.
"Diharapkan tradisi ini bisa dilestarikan sehingga dapat menjadi daya tarik wisawatan ke Bangka Barat," tutup Sukirman.
Festival pesta adat ini dihadiri langsung oleh Bupati Bangka Barat Sukirman, Wakil Bupati Bong Mingming, Sekda Bangka Barat M. Soleh dan Forkopimda Bangka Barat.
Turut hadir Kepala Dinas Budparpora Provinsi Babel Widya Kemala Sari, Perwakilan dari Kemenristekbud, serta Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Humas Kanwil Kemenkumham Babel