Pangkalpinang (24/02/2021) Kajian Rutin bersama Ustadz Firdaus Kembali dilaksanakan di Masjid Al Ikhwan Kantor Wilayah Ba’da Zuhur. Kegiatan di hadiri Kepala Kantor Wilayah Anas Saeful Anwar dan pegawai Kantor Wilayah yang muslim.
Ustadz Firdaus menyampaikan semenjak permusuhan iblis dengan Adam di surga, Allah sudah mewartakan dalam al-Qur`an bahwa dia bersama segenap keturunannya adalah musuh yang nyata bagi manusia. Karenanya dalam surah al-Baqarah ayat 208, Allah melarang langkah-langkah atau jejak-jejak setan diikuti, mengingat sejatinya setan adalah musuh nyata bagi manusia. Bagaimana manusia mengetahui langkah-langkah iblis dan setan, sementara mereka ghaib bagi manusia?
Di antara caranya adalah dengan mengetahui pintu-pintu masuk setan ke dalam hati manusia. Terkait hal ini, Hujjatul-Islam Imam Ghazali (Pakar Tashawuf) memaparkannya dengan cukup gamblang yang terilhami dari nash dan pengalaman spiritualnya.
Ustadz mengatakan Hendaknya kita bisa menahan diri dari pandangan yang tak bisa terjaga, banyak bicara, banyak makan, dan banyak bergaul. Hal-hal ini merupakan empat pintu setan dalam menguasai manusia dan jalan setan mencapai tujuannya. Enggan menundukkan pandangan akan mengantarkan pada menganggap baik (istihsan), yang dilihat akan menancap dalam hati, pikiran pun akan sibuk membayangkannya, hingga berpikiran agar tercapai tujuan.”
Empat hal ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam poin kesepuluh setelah menyebutkan sembilan kaidah bermanfaat untuk melindungi hamba dari setan dan menyelamatkan dari gangguannya. Lihat Badaa-i’ Al-Fawaid, 2:809-816.
Ustadz Firdaus menambahkan salah satu cara syaitan menngoda manusia mengenai amarah. Marah menurut Imam Ghazali adalah kepusingan dan kemabukan akal. Ketika pasukan akal melemah, maka akan mudah diserang oleh pasukan setan. Manusia yang sedang dikuasai amarah, maka akan dipermainkan setan sebagaimana anak-anak mempermainkan bola.
Kedua, syahwat. Pintu ini adalah di antara jalan masuk setan yang cukup gampang dalam memasuki hati manusia. Suatu hari, iblis memberi nasihat kepada Nabi Musa di antaranya, “Jauhilah duduk-duduk dengan perempuan yang bukan mahram, sebab akulah yang menjadi suruhan perempuan itu kepadamu dan suruhanmu kepada perempuan tadi. Aku senantiasa berbuat demikian sampai engkau dapat saya fitnah dengan wanita itu dan saya memfitnah wanita itu dengan engkau.”(Humas Kanwil Babel)